99 Kalimat Syetan/Iblis Dalam Al-Qur’an Dan Strateginya Menyesatkan Manusia

2. Q.S. AL-BAQARAH (2 ), AYAT: 34
3.

وَإِذْ قُلْنَا لِلْمَلائِكَةِ اسْجُدُوا لآدَمَ فَسَجَدُوا إِلا إِبْلِيسَ أَبَى وَاسْتَكْبَرَ وَكَانَ مِنَ الْكَافِرِينَ (34)
“Dan (ingatlah) ketika Kami berfirman kepada Para Malaikat: “Sujudlah kamu kepada Adam,” Maka sujudlah mereka kecuali Iblis; ia enggan dan takabur dan adalah ia termasuk golongan orang-orang yang kafir”.

Bacaan Lainnya

Allah telah mengatakan kepada para malaikat bahwa Alla akan menjadi khalifat di muka bumi. Perkataan Allah ditanggapi oleh para malaikat dan bertanya kepada Allah, kenapa Engkau jadi khlaifah di muka bumi? Nanti mereka akan bertumpahan darah sedangkan kami telah memuji dan mensucikan Engkau. Pertanyaan dan perkiraan malaikat dijawab oleh Allah dengan pernyataan; Aku lebih mengetahui daripada apa-apa yang tidak engkau ketahui”.

Keputusan Allah untuk menjadikan kalifah di muka bumi telah dilaksanakan dengan menciptakan Adam. Setelah menciptakan Adam, Allah mengajarkan kepada Adam berbagai nama, dan memberikan banyak ilmu kepadanya. Nama-nama dan ilmu yang tidak diberikan kepada Malaikat.

Kemudian Allah memerintahkan para malaikat itu menyatakan hormat kepada Adam dengan bersujud. Perintah Allah dilaksanakan oleh para malaikat kecuali Iblis. Iblis tidak mau sujud karena enggan dan kesombongan mereka. Bagaimanakah gambaran bentuk keengganan dan kesombongan Iblis terhadap perintah Allah saat itu? Kita hanya bisa membaca dalam kalimat Iblis lainnya bahwa aku lebih mulya dari dia (Adam).
Sebagai kita ketahui, semua makluk Allah di bumi dan di langit, seluruhnya bersujut kepada Allah.

Hanya saja bentuk dan cara bersujud mereka yang tidak kita ketahui. Kayu-kayuan sujud menurut cara mereka sendiri. Bintang sujud menurut cara mereka sendiri pula, begitu juga bentuk dan cara sujudnya manusia.

Dalam beberapa surat dan ayat, Allah menerangkan bahwa semua makluk bersujud kepada Allah, sebagaimana tersebut didalam beberapa surat dalam al-Quran. Misalnya dalam Surat al-Haj (Surat 221 ayat 18, atau Surat an-Nahl (Surat 16) ayat 49, atau ar-Ra’ad (Surat 13) ayat 16), atau Surat ar-Rahman (Surat 55) ayat 6.

Dengan menantang dan menolaknya sebagian dari golongan ciptaan Allah, yakni Iblis Laknatullah, memberi pelajaran kepada kita bahwa begitulah perjuangan yang akan dihadapi oleh Nabi Muhammad SAW dan termasuk orang-orang yang mengajak kepada yang baik dan benar, bahwa pasti akan ada yang menantang dan menolak ajakan kebenaran dan kebaikan di atas dunia ini sampai hari kiamat.

Jangan orang biasa mengajak lalu ditolak, ajakan nabi-nabi bahkan seruan Allah sekalipun akan mereka tolak karena telah tumbuh mental kesyetanan serta jiwa kesombongan dalam dirinya sendiri.

Sepertinya kata-kata enggan/menolah sangat dekat dan erat dengan kata-kata sombong.

Sombong adalah orang yang merasa lebih sangat dari pada orang lain. Bisa jadi merasa lebih pintar, lebih kaya, lebih terhormat, lebih berpangkat, lebih tua,lebih benar dan lebih-lebih lainnya dari orang lain, sehingga mengakibatkan hati dan dirinya menolak. Menolak perintah Allah termasuk menolak kebenaran yang disampaikan.

Hapus dan terkikiskah sikap enggan dan sifat sombang dari manusia? Tentu saja tidak, Makanya kita terus berdo’a dan berharap kepada Allah yang berhak sombong untuk berselindung dari godaan syetan yang terkutuk, yang selalu membisikkan rasa dan sifat sombong itu ke dalam hati dan pikiran kita. Sehingga pada akhirnya kita termasuk orang-orang yang rendah hati, yang bisa dan mampu menerima kebenaran dan menolak ketidakbenaran menurut syara’ bukan menurut hawa nafsu dan egoinya kita saja.

Abaa adalah karakter dan jiwa syetan yang ada dan muncul di waktu syetan masih di surga dahulunya. Karakter ini terdapat juga di manusia termasuk umat nabi Muhammad SAW pada khususnya tersebut dalam salah hadits Nabi SAW. “Setiap umatku akan masuk surga kecuali orang yang Abaa. Sahabat bertanya; Siapakah yag Abaa itu ya Rasulallah? Nabi menjawab; Siapa yang mentaatiku, maka dia dia yang akan masuk surga, dan siapa yang menantang/tidak mentaatiku, maka sesungguhnya merekalah yang Abaa/enggan”.

Sebagai umat Nabi Muhammad SAW, kalau ingin masuk surga-Nya Allah, maka karakter yang mesti kita jauhi adalah sifat Abaa, karena sipat ini adalah sifat/karakter syetan. Kita berlindung kepada Allah dari sifat syaitaniyah ini. Dan juga sifat takabbur. Karena hanya Allah lah yang berhak atas sifat ini, bukan syetan apalagi manusia. (Darmiwandi, S. Ag, M.H).

Print Friendly, PDF & Email

Pos terkait