By : Jacob Ereste
Borobudur — sebagai candi — merupakan ekspresi arca Buddha Istimewa dalam wujud biara yang mengumpulkan segenap kebijakan Buddha (Sugatagunagana vihara) yang juga dapat dipahami sebagai himpunan Dharma (dharmavridan) sebagai ajaran kebenaran tertinggi (Agra saddharma) yang tak sembarang diajarkan para Buddha kepada orang kebanyakan. Karena itu, candi Borobudur sangat sakral serta membuat nilai-nilai spiritual keagamaan.
Konon cerita, ajaran yang tinggi ini adalah obat yang mujarab bagi segala penyakit kehidupan. (Borobudur Biara Himpunan Kebijakan Sugata, Dr. Hidaya Kandahjaya, Karaniya, Jakarta, 2021). Dan pengukuhan candi Borobudur seperti yang termuat dalam prasasti Kayumwungan juga mengingatkan amanat Raja Samaratungga dan putrinya Pramodawardhani pada 26 Mei 824.
Prasasti Kayumwungun yang melekat pada Raja Samaratungga dan Pangeran Putri Pramowardhani menggunakan istilah mahajnanapunya, bhakti dan buddhacarita akan jelas maknanya bila dibaca dari kitab Sang Hyang Kamahayanikan. Di dalamnya menunjukkan pencapaian spiritual tinggi sekaligus menunjukkan pertalian prasasti Kayumwungan, kitab Sang Hyang Kamahayanikan dan candi Borobudur.
Pada puncak candi Borobudur diletakkan stupa induk dalam makna spiritual menjadi pangkal dan ujung Borobudur. Pita bhadrakalpa yang melilit candi di lantai persegi empat adalah perlambang mandala vajra (vajradhatu mandala). Sehingga secara keseluruhan denah horizontal Borobudur membangkang gabungan Mandala rahim dan vajra, atau semacam Mandala alam dharma (dharmadhstu Mandala) dalam tiga dimensi yang tiada duanya di dunia.
Candi Borobudur melambangkan sepuluh tingkat Bodhisattva. Perlambang ini selaras dengan penamaan Bhumisamphara seperti disebut dalam prasasti Tri Tepusan. Jadi, candi Borobudur tampak jelas dibangun untuk menjadi sebuah Mandala bagi pelaku spiritual dalam melaksanakan laku dan tekadnya dalam meneladani, menghayati dan mengamalkan laku spiritual seperti yang dilakukan oleh Sudhana atau Sakyamuni. Dan laku spiritual yang dipertunjukkan melalui relief Gandhavyudha meyakinkan cara pandang umat Buddha dari berbagai latar belakang spiritual yang beragam. Adapun pencapaian spiritual yang paling luhur bisa diraih oleh setiap orang dengan terus banyak berjalan, tanpa hirau pada asal usul keberangkatan serta bekal yang dibawa.
Keberadaan candi Borobudur sebagai karya anak bangsa Nusantara yang telah disepakati menjadi Indonesia merdeka, memberi kesempatan bagi pelaku spiritual dari agama manapun untuk mendapat petunjuk saat melakukan ritual keagamaan, seperti yang dipercaya memiliki 84.000 pintu dharma bagi pelaku spiritual untuk meraih pencerahan spiritual.
Karena itu wajar, Sri Eko Sriyanto Galgendu selaku Pemimpin Spiritual Nusantara mendorong dan terus mengupayakan agar Candi Borobudur dapat diresmikan menjadi pusat ziarah spiritual bagi bangsa-bangsa dunia, sehingga candi Borobudur dapat memberi nilai tambah yang maksimal bagi bangsa dan negara Indonesia sebagai pemilik satu-satunya warisan dunia yang tiada bandingannya.
Banten, 28 September 2024