Oleh: Darmiwandi, S.Ag. M.H.
Bagian : 22
“KANTORKU adalah RUMAHKU”
Kantor Urusan Agama (KUA) Kecamatan Silungkang merupakan salah satu dari empat KUA Kecamatan yang ada di Kota Sawahlunto. Empat Kecamatan itu adalah Kecamatan Silungkang, Kecamatan Lembah Segar, Kecamatan Barangin dan Kecamatan Talawi.
KUA Kecamatan Silungkang terletak di Desa Muaro Kalaban, berdampingan dengan Kantor Polsek Kecamatan Silungkang. Di depan Kantor KUA terletak Kantor Camat Silungkang (Sekarang bukan lagi menjadi kantor camat). Tepatnya posisi letak KUA Kecamatan Silungkang lebih kurang 30 meter dari Simpang Tiga Muaro Kalaban menuju Pusat Kota Sawahlunto.
Dinas di KUA Kecamatan Silungkang sedangkan kampung penulis di Nagari Paninggahan. Jarak antara Paninggahan dengan Muaro Kalaban relatif jauh. Dikatakan jauh karena jaraknya lebih kuranh 50 KM. Dikatakan dekat, karena bisa ditempuh dalam waktu 1 jam 30 minit. Bila jam kantor habis pukul 16.00. WIB, semua kawan-kawan telah pulang ke rumah masing-masing. Penulis mau pulang juga? Ragu dan mikir-mikir dulu. Mau pulang, badan letih ditambah lagi hari hujan. Mau tidur? Tidur dimana?. Sambil mikir-mikir beberapa minit, maka diambil keputusan untuk pulang kampung. Mantel d pasang, sepatu dimasukan kedalam jok honda, honda dihidupkan, Bismillah diucapkan, gas ditekan dan rodapun berputar menelusuri jalan raya menuju nagari Paninggahan
Sebelum sampai di Nagari Paninggahan, ada dua tempat yang selalu penulis istirahat sejenak. Pertama di Mushalaa yang terletak di tepi jalan di daerah Guguk sarai dan kedua di pasar Kota Solok. Dengan perjalanan seperti itu, sehingga penulis sampai di rumah jam 9 malam. Apakah langsung istirahat? Jarang sekali. Besok subuhnya, penulis berangkat lagi menuju Muaro Kalaban.
Berangkat subuh dari kampung menuju Muaro Kalaban inilah yang agak menantang. Mata sering terasa ngantuk, Hujan lebat dalam perjalanan dan udara dingin yang dihadang. Mungkin sampai di Nagari Saok Laweh masih aman, tetapi lewat dari itu, yang yakni dari Guguk Sarai sampai ke Sungai Lasi, kabut dingin sangat terasa. Letih dalam perjalanan sudah terasa, rasa ngatukpun kadang-kadang tidak tertahan. Karena begitunya rasa ngantuk, penulis berhenti di tepi jalan di daerah Sungai Lasi, tepatnya di batu besar di bawah pohon-pohon coklat, disanalah penulis tidur sesaat. Rasa ngantuk lepas, perjalanan dilanjutkan menuju Kantor.
Apabila penulis tidak pulang kampung, mungkin karena ada kegiatan sampai sore bahkan malam atau karena badan letih, maka kantor lah tempat tidur penulis. Bermodalan sehelai karpet, sehelai kain sarung dan satu buah bantal, itulah yang menemani penulis untuk tidur sampai subuh hari.
Hari berganti minggu. Minggu berganti bulan. Bulan berganti tahun. Pada tahun 2009, penulis mewakili Kota Sawahlunto menjadi Kepala KUA Teladan setelah dilaksanakan penilaian oleh Tim Kantor Kementerian Agama Kota Solok. Perubahan dari pisik kantor sebelum tahun 2009 telah penulis angsung-angsung. Awal penulis menduduki Kantor KUA Kecamatan Silungkang. Halaman kanter tersebut berfungsi bagaikan kebun tempat berladang. Halaman itu ditanami kacang bahkan sayur-sayuran miskipun ada juga bunga-bunga nya. Kalaupun ada pagar, maka bunga itulah yang menjadi pagarnya. Kondisi seperti itu, penulis usahakan direnovasi dengan mencor halaman dan memasang pagar dengan bambu. Kegiatan memagar, kami gotong royongkan dengan lintas sektoran termasak anggota Koramil Silungkang.
Penilaian KUA Kecamatan tingkat Provinsi Sumatera Barat di laksanakan pada bulan April 2009. Penulis ingat di bulan April karena di waktu penilaian tersebut, penulis membawa seluruh anggota keluarga termasuk anak penulis yang bungsu; Nayla Qardhowi. Nayla Qardhawi saat itu masih berumur 10 hari. Dia lahir pada tanggal 10 April 2009. Malam menjaleng hari penilaian, penulis tidur di kantor, sedangkan istri dan anak-anak diantar oleh pak.Sal dengan mobil kijang petaknya.
Selama menjadi Kepala KUA kecamatan Silungkang, cukup banyaknya juga pengalaman dan tantangan yang dihadapi dilapangan. Selain persoalan-persoalan tentang pernikahan juga sebagian medan/daerah/wilayahnya yang jauh dari jalan utama, seperti desa Taratak Bancah. Penulis pernah tidur di rumah penduduk Taratak Bancah kerena takut pulang dimalam hari setelah ada kegiatan. Saat pulang dari Taratak Bancah, penulis terjatuh dengan honda yang mengakibatkan kaki terkilir.
Yaa..biasalah..namanya saja perjalanan.
Pengalaman yang penulis dapatkan di Kecamatan Silungkang, menjadi modal bagi penulis menjalani tugas di Kecamatan lainnya di Kota Sawahlunto.
Experience is the best teacher.
Tidak beberapa bulan setelah penilaian KUA Teladan tingkat provinsi Sumatera Barat, masih tahun 2009, penulis di mutasi ke Kecamatan Barangin. Sebuah kecamatan yang cukup luas. Di kecamatan Barangin terletaknya Kantor Wali Kota Sawahlunto, Pengadilan Agama, Kantor Kementerian Agama Kota Sawahlunto dan Kantor-kantor Dinas lainnya.
Kecamatan Barangin sangat berbeda dari Kecamatan Silungkang dari segi sistem pemerintahannya. Kalau di Kecamatan Silungkang, tidak ada Kelurahan, semuanya desa. Sedangkan di Kecamatan Barangin, selain ada kelurahan juga ada desa.
Satu tahun dinas di Kecamatan Barangin, dilema mulai penulis hadapi. Satu sisi masalah keluarga (istri dan anak-anak) disisi lain adalah tugas negara. Sebagai petugas negara dijalani juga, dan tidak sekali atau dua kali anak-anak dimandikan di kantor KUA.
Kenapa penulis yang memandikan anak-anak di kantor KUA? Setelah mandi, pakaian mereka dipakaikan dan nasipun disuapin. Apakah istri tidak ada? Kalaupun ada, kemana? dan dimana???
Bersambung………..