Oleh : Aminudin S.P (Pegiat media & CEO Media Ungkap Group)
Bagi saya PEMILU bukan sekedar ritual demokrasi, pemilu adalah cara kita membangun peradapan. Tidak sekedar merekrut pemimpin, tetapi pemilu cara kita membangun integritas sistem pemerintahan. Banyak sekali yang dipertaruhkan, bukan sekedar anggaran. Anggaran bukan apa-apa, yang paling penting dalam pemilu adalah bagai mana kita membangun adap bangsa ini, bagai mana kebudayaan politik kita betul-betul akuntable betul-betul dapat kita pertanggung jawabkan, bahkan ketika sudah tidak ada.
Tapi kalau kita lihat sekarang proses penyelengaraan Pilkada, kita kok seperti negara Afrika dan Amerika Latin, busuk sebusuk busuknya. Daerah-daerah yang sedang melaksanakan Pilkada sering terjadi ancam-mengancam seperti di Sulawesi Utara, ancam-mengancam terjadi didepan umum. Kita bisa berdalih itu melakukan efimisme, o itu oknum . Oknum tentara, oknum polisi, oknum kepala dinas. Tapi ketika terjadi secara masif, betulkan itu oknum?, seperti di Jawa Tengah, sama juga di Sumatera Utara begitu juga di Banten dan dibanyak tempat.
Kejadian-kejadian tersebut merontokkan institusi-institusi kekuasaan kita, mereka menganggap cawe-cawe itu adalah hal proses yang normal, tidak ada lagi hati nurani mereka berbicara apa itu undang-undang, apa itu falsafah bernegara, apa itu sebagai pamong praja, sebagai bayangkara, sebagai sapta marga. Hilang semua. Banyak orang mati ketika memperjuangkan reformasi, ribuan orang menderita untuk kita bisa kembali menjadi negara yang dekokratis yang kepemimpinannya legitimit, yang aparaturnya semua mengabdi pada tujuan bernegara. Tapi hari ini Camat di mana-mana, kepala desa di mana-mana, dinas di mana-mana, Pj di mana-mana semua sama, pemilu atau pilkada menjadi ajang kekuasan semata bukan ajang membangun peradapan. MENGERIKAN!!.
_kopi hitam tanpa gula, Bandar Lampung 14 November 2024._