Hidup Lebih Bermakna Lewat Karya: Karena Karya Tak Pernah Mati

Oleh: Sugiarto, Wakil Ketua DPD PPWI Provinsi Lampung

 

“Hidup bukan untuk makan, tapi makan untuk hidup — agar bisa terus berkarya.”

Di tengah hiruk-pikuk dunia modern, banyak dari kita terjebak dalam rutinitas: bekerja, mengejar materi, lalu kembali ke titik awal. Seakan hidup hanya sebatas itu. Tapi, benarkah begitu?

Padahal, hidup sejatinya akan jauh lebih bermakna ketika kita menciptakan karya. Karya adalah warisan abadi. Saat tubuh ini kelak menjadi jasad, hancur, dan kembali menjadi tanah, karya yang kita tinggalkan tetap akan hidup — dikenang, menginspirasi, bahkan mengubah arah hidup orang lain.

Mari kita lihat bendera Merah Putih. Ia bukan sekadar simbol negara, tapi buah karya dan pengorbanan para pejuang kemerdekaan. Meski penciptanya telah lama tiada, karya itu terus berkibar, dihormati, dan menjadi lambang kehormatan bangsa. Itulah kekuatan sebuah karya yang diciptakan dari ketulusan dan semangat.

Lalu, ada kisah Umar bin Khattab, sahabat Nabi Muhammad SAW. Dahulu dikenal sebagai sosok yang keras dan ditakuti. Namun ketika ia hijrah dan berserah diri di jalan Allah, ia berubah menjadi pemimpin besar yang penuh keadilan dan kasih sayang. Hari ini, namanya terus dikenang, bukan karena kekuatan fisiknya, tapi karena karya dan legacy-nya yang luar biasa.

Kita pun bisa seperti itu. Tak harus jadi pahlawan atau pemimpin besar. Menulis, mencipta, menginspirasi, menanam kebaikan — semua itu adalah bentuk karya. Tak peduli besar atau kecil, selama itu tulus dan berdampak, ia akan hidup lebih lama dari usia kita.

Jadi, mari renungkan: apa yang ingin kita tinggalkan untuk dunia setelah kita tiada?

Hidup bukan hanya tentang bertahan. Tapi tentang memberi makna. Dan karya adalah jalan untuk menuju keabadian.

Mari berkarya. Karena hanya karya yang tak pernah mati.

Pos terkait