Himpitan Ekonomi Rakyat Semakin Berat Harus Segara Mampu Diatasi Oleh Pemerintah Sekarang Juga

By : Jacob Ereste

Ketidakpastian global yang sedang terjadi jelas ditandai oleh menyusutnya lapangan kerja dan munculnya lapangan pekerjaan baru yang memerlukan keahlian ekstra tambahan untuk memasukinya. Ketidakpastian global ini pun merangsek jauh masuk ke wilayah ekonomi yang lebih rumit dengan hadirnya artificial intelligence yang mengubah cara kerja dan sistem perdagangan konvensional untuk menggunakan sarana online, termasuk pada awal perencanaan hingga pelaksanaan di lapangan.

Bangkrutnya sejumlah perusahaan yang berdampak pada pemutusan hubungan kerja secara terpaksa ikut menambah kegaduhan dalam habitat ekonomi yang terus diupayakan untuk ditata ulang agar dapat segera pulih dan kembali melaju dengan pesat seperti yang diharap oleh pelaku usaha dalam bidangnya masing-masing. Akibatnya, angkatan kerja baru yang sedang ingin masuk ke lapangan pekerjaan semakin terhimpit oleh mereka yang baru kehilangan pekerjaan akibat ketidakpastian global yang tengah melanda dunia. Tentu saja konsekuensi logisnya, jumlah pengangguran semakin bertambah.

Fenomena yang marak menjajakan sejumlah aset untuk dijual — bahkan dilelang — terang benderang terlihat di sepanjang jalan raya yang menjajakan asetnya itu dengan harga yang relatif murah. Namun dalam kesulitan ekonomi yang terus menindih, semurah apapun barang yang dijajakan itu tetap saja langka pembelinya.

Maraknya pajangan kendaraan di hampir semua showroom yang mematok tarif cukup murah untuk berbagai jenis kendaraan — termasuk yang mewah sekali pun — menandai tekanan ekonomi di Indonesia semakin berat, untuk tidak disebut semakin parah.

Dagangan kendaraan di showroom yang bejibun itu, jelas menunjukkan penjualan dari pemiliknya yang sedang menghadapi masalah ekonominya yang berat. Boleh jadi diantaranya karena ditarik oleh pihak dealer pemberi kredit untuk dibayar secara cicilan. Gejala ini pun, semakin meyakinkan bila kondisi ekonomi rakyat kecil sudah memasuki ambang batas pertahanannya yang maksimal.

Tanah pekarangan dan bangunan rumah yang dijajakan lewat spanduk sederhana di lokasi setempat, jelas menunjukkan tekanan ekonomi semakin menjadi beban yang berat. Beragam bentuk usaha kreatif warga masyarakat kelas bawah ikut menunjukkan tekanan ekonomi telah menyentuh dasar paling bawah dalam masyarakat.

Berbagai bentuk usaha tambahan — akibat imbalan dari usaha pokok sudah mendapat tekanan (pengurangan) muncul secara spontan atas dasar naluri untuk menyelamatkan diri dari ancaman kelaparan. Namun yang membuat rasa menjadi cemas dan khawatir adalah pilihan sikap yang nekat diluar kendali yang tak pernah bisa dibayangkan sebelumnya. Sehingga tindak kejahatan demi keselamatan mungkin saja akan terjadi dan dilakukan tanpa disadari akan menimbulkan delik hukum dengan ancaman pidana yang berat dan gawat.

Agaknya, sikap diluar kesadaran inilah yang memicu terjadinya tindak kejahatan kekerasan, pencurian, penjambretan, perampokan hingga pemerasan dengan berbagai modus dan cara hanya untuk memperoleh segenggam uang.

Jika kondisi dan situasi yang menegangkan ini terus berlangsung lama, resikonya beragam bentuk kejahatan akan menjadi pilihan yang terlanjur jadi kebiasaan, bila belum bisa disebut menjadi bagian dari budaya baru bagi warga masyarakat. Karena itu, pemerintah harus mengambil langkah cepat yang strategis dan taktis untuk mengatasinya secara teknis dan cepat, sebelum semuanya menjadi terlambat dan semakin sulit untuk dipulihkan.

Langkah-langkah strategis dan taktis yang perlu dilakukan oleh pemerintah adalah aksi nyata untuk mengatasi masalah global dalam aspek ekonomi, baru kemudian aspek politik dan budaya serta tatanan sosial yang ikut berantakan akibat gerusan krisis ekonomi yang sudah sampai menyentuh dasar paling bawah dalan strata warga masyarakat kelas bawah.

Jakarta, 30 September 2024

Print Friendly, PDF & Email

Pos terkait