Jacob Ereste
Berusaha keras itu, bagus. Tapi memaksakan kehendak sungguh tidak elok, bukan saja bagi orang lain, tapi juga bagi keseimbangan untuk diri sendiri. Begitulah keseimbangan bisa diperoleh melalui laku spiritual yang dilatih secara bertahap dan konsisten serta kontinyu dengan penuh kesadaran dan kesabaran tanpa tekanan dari pihak manapun, termasuk tekanan diri sendiri.
Pada tahapan ini, upaya untuk membebaskan diri dari berbagai tekanan bisa dimulai, tidak untuk orang lain. Dan mereka yang setuju bisa ikut melakukan, sama halnya dengan hak mereka yang tidak setuju atau menolak. Maka itu sikap pasrah dan jujur dalam dalam laku spiritual tidak bisa dianggap tidak melakukan apa-apa. Sebab semua bentuk usaha yang positif dan baik — bukan hanya untuk diri sendiri, tapi juga bagi orang lain — harus dijaga ritme dan etos kreativitas maupun kegigihannya agar tetap tangguh.
Dalam kepasrahan sikap yang terpimpin sempurna itu pasti diperoleh dengan kesiapan untuk menerima semua realitas yang terjadi. Sehingga tidak ada rass sesal atau semacam klaim atas kekalahan yang harus dan terpaksa mesti diterima.
Pemahaman serupa ini, menurut kalangan sufi ialah bentuk dari keyakinan terhadap sunnatullah — hukum alam yang cuma dimiliki dan dikuasai oleh Tuhan — untuk dipercaya oleh manusia tanpa perlu memperdebatkan atau melakukan bantahan. Sebab sunnatullah itu adalah otoritas Tuhan yang tidak mungkin dicapai oleh kemampuan manusia yang sangat kampiun sekalipun.
Jadi, dalam konteks inilah sikap pasrah itu menjadi benar dan perlu ketika mampu disandarkan kepada kuasa Tuhan. Lalu sikap ugahari — bila tidak dapat dikatakan tawwadduk — dapat sekaligus dijadikan penakar keimanan dan kepercayaan seseorang kepada Tuhan Yang Maha Kuasa atas segala apa yang ada dan akan terjadi kemudian di dunia. Artinya, jelas ada kaitannya dengan takdir dan nasib yang sesungguhnya tidak perlu disesali atau menjadi ratapan yang hanya akan menambah beban hidup yang tidak perlu dirasakan sebagai siksa.
Sikap ikhlas untuk menerima segala kejadian dengan segenap kejujuran dan kelapangan hati tidak hanya akan mengurangi beban hidup, tetapi juga bisa mempertangguh diri ketika harus menghadapi masalah yang lebih berat serta tidak banyak mampu dihadapi oleh orang banyak. Karena itu, kemampuan untuk melepas semua beban — utamanya yang menggelayuti batin — hanya bisa dilakukan dengan kemampuan dan kecerdasan spiritual yang terlatih dan terus terasah. Sebab hanya dengan begitu ketajaman batin yang meliputi semua indra penangkap akan berfungsi maksimal memberikan analisa dari kesimpulan yang dilihat, didengar dan dirasakan oleh batin yang sudah memiliki frekuensi dan daya jelajah yang tak terhingga jangkauannya. Dan hanya dengan begitu pula, kemampuan untuk melepas semua beban negatif dari dalam tubuh dapat dilakukan dengan mudah untuk kemudian memberi ruang yang lebih leluasa bagi energi baru untuk melakukan banyak hal yang akan mendatangkan kebahagiaan dan ketentraman jiwa.
Banten, 3 September 2024