By : Jacob Ereste
Proses menjadi Bodronoyo yang selalu ditandai dengan melakukan semua pekerjaan dengan hati, lalu berproses menjadi Semar yang dipenuhi oleh sifat Tuhan, hingga kemudian sempurna dalam sosok Ismoyo, adalah proses yang telah dilakukan Sri Eko Sriyanto Galgendu setelah dua puluh delapan tahun mengembara pada wilayah spiritual sampai memperoleh gelar Pemimpin Spiritual Nusantara dari kalangan pemuka agama-agama di Indonesia.
Itulah satu diantara topik yang menjadi perbincangan di Wedangan Nasu Uduk Mabes Pojok Istana Jl. Juanda Jakarta Pusat, Kamis, 5 September 2024. Topik diskusi pun dilepas begitu saja hingga acap jauh melambung lewat dari takaran umum seperti kitabullah yang mencatat firman bawaan para Nabi dan Rasul untuk memperkuat iman siapa saja yang yakin dan percaya dapat memperoleh ketenteraman dan kebahagiaan di dunia maupun di akhirat.
Dari 104 kitabullah yang dikirim langsung dari langit, seratus diantaranya tidak banyak diketahui — apalagi hendak dipelajari oleh banyak orang — 4 kitabullah yang paling populer dan cukup banyak diminati untuk dipelajari ialah Taurat, Zabur, Injil dan Al Qur’an. Kitab Zabur yang acap disebut Mazmur adalah kitabullah yang dikirim Tuhan dari langit melalui Nabi Daud.(Surat An Nisa ayat 163) (Surat Al Isra ayat 55). Sangat mungkin atas dasar itulah lima Rasul yang mendapatkan gelar Ulul Azmi, yaitu Nabi Nuh, Nabi Ibrahim, Nabi Musa, Nabi Isa dan Nabi (Besar) Muhammad.
Nyaris genap satu tahun terakhir diskusi yang lebih formal dimotori oleh GMRI, Forum Negarawan dan Forum Lintas Agama melakukan jeda sementara waktu untuk memformulasikan pilihan terbaik dengan mengalihkan pusat konsentrasi pada usaha bisnis sekaligus upaya menghadapi krisis ekonomi menyeluruh yang tengah melanda Indonesia hingga kini melabrak basis pertahanan dan ketahanan warga masyarakat pada lapisan terbawah, sebagai standar penakar keterpurukan ekonomi yang telah melampaui ambang batas.
Atas dasar kesadaran dan pemahaman spiritual yang acap disebut oleh Wowok Prastowo adalah manajemen wangsit, maka pilihan untuk membangun usaha bersama masyarakat kecil, sejak awal tahun 2024 Sri Eko Sriyanto Galgendu melihat peluang untuk membangun kawasan kuliner malam di sepanjang Jalan Ir. H. Juanda, Jakarta Pusat dengan mengawali satu gerai Steak Food Truck yang terus ditimpali dengan gerai Wedangan Uduk Mabes dengan beragam sajian menu yang memenuhi selera kawula muda seperti Nasi Uduk Khas Burung Goreng dengan sambal spesial dan seruputan Wedang Jahe dalam berbagai varian pilihan termasuk sate telor puyuh yang segar.
Dua Food Truck yang dimodifikasi secara khusus untuk menyemarakkan wisata spiritual malam diharap bisa menjadi pendukung utama obyek wisata dari Terowongan Silaturahmi yang menghubungkan Masjid Agung Istiqlal dengan Katedral yang mulai menarik perhatian wisatawan spiritual untuk semakin mendekat kepada Tuhan.
Terowongan Silaturahmi yang menghubungkan kedua tempat ibadah ini merupakan simbol dari kerukunan antar umat beragama di Indonesia yang semakin terjalin erat untuk memperkukuh ikatan persaudaraan dalam suasana damai guna menangkal secara bersama adanya keinginan membenturkan kerukunan umat beragama yang telah dibangun baik serta harmoni di Indonesia.
Realitas dari keberadaan agama masyarakat Indonesia — bahkan kerukunan dari penganut agama dalam satu keluarga di Indonesia — merupakan wujud nyata dari kebebasan untuk menunaikan ibadah sesuai dengan ajaran maupun tuntunan agama yang diyakini oleh setiap orang. Kerukunan dalam menjalankan ajaran maupun tuntunan agama yang diyakini oleh setiap warga bangsa Indonesia telah menjadi bagian dari panorama indah di Nusantara.
Seperti halnya menu kuliner wisata malam di sepanjang jalan kawasan Ir. H. Juanda Jakarta Pusat ini, beraneka ragam meyakinkan bahwa kekayaan budaya suku bangsa Nusantara sungguh menjadi semacam metafora dari kekayaan yang tidak memiliki bandingan yang mampu untuk disandingkan corak dan ragam hingga cita rasanya.
Suasana malam Ibu Kota Jakarta pun dapat diperoleh sambil menikmati kopi panas bersama tempe dan tahu goreng yang renyah, sambil melepaskan penat setelah seharian berlomba dalam kemacetan untuk menyelesaikan aktivitas pekerjaan yang mungkin cukup melelahkan.
Pecenongan, 7 September 2024