Perjalanan Spiritual Sebagai Upaya Menjumpai Tuhan

Jacob Ereste

Melihat yang tidak tampak, mendengar kwsunyian yang bernyanyi dan merasakan hal-hal yang hampa serta berpikir untuk masalah yang belum pernah terpikirkan sebelumnya adalah laku spiritual di belantara yang tidak terbatas, melampaui kemampuan fisik dan intelektual yang sangat jauh, tak terukur oleh deret ukur yang tak berujung.

Bacaan Lainnya

Perjalanan spuritual pun seperti menyusuri kaku langit yang tak bertepi. Layak perjalanan Nabi ke Sidratul Muntaha yang terjangkau oleh akal intelektual yang paling jenius sekalipun. Itulah sebabnya orang percaya bahwa kecerdasan spiritual jauh melampaui kecerdasan intelektual se kampiun apapun.

Setidaknya, dalam kecerdasan intelektual masih terlalu banyak kepongahan liar yang tidak terkendali, diluar kesadaran diri. Karena itu, kecerdasan spiritual adalah kesadaran diri, kesabaran yang nyaris tak bertemu. Sehingga acap dianggap muskil, bahkan aneh. Bahkan tidak sedikit diantaranya yang beranggapan klenik, musyrik yang tidak dapat dipertanggungjawabkan secara ilmiah. Meskipun jauh lebih banyak lagi kejadian nyata yang tak masuk akal seperti bumi yang terus berputar tanpa henti, tanpa pernah diketahui secara pasti siapa gerangan yang memiliki data untuk memutarkannya, seperti bulan dan bintang yang menyapa bumi dan seisinya dalam setiap waktu.

Perjalanan spiritual itu, kata Sri Eko Sriyanto Galgendu yang telah mendapat pengakuan sebagai Pemimpin Spiritual Nusantara dari para tokoh agama yang ada, semacam perjalanan di belantara yang belum pernah terjemah, sehingga perjalanan spiritual itu sendiri merupakan upaya merintis jalan yang sebelumnya belum perbah ada. Karenanya, hasrat dalam persaingan maupun perseteruan tidak akan pernah ada. Sebab setiap orang yang ingin melakukannya harus membangun sendiri jalan setapak yang harus dilalui, tanpa perlu terpengaruh atau tertarik dengan jalan serta cara yang telah dilakukan oleh orang kain.

Dalam konteks inilah, seorang pelaku spiritual akan menemukan jati dirinya sendiri tanpa bisa dipublikasi oleh orang lain. Maka itu, perjalanan spiritual — atau bahkan semacam pengembaraan spiritual — acap juga diyakini sebagai upaya untuk menemukan jadi diri yang sejati. Hingga pada akhirnya mampu menemukan Tuhan yang sesungguhnya berada di dalam diri kita sendiri.

Begitulah perjalan yang ditempuh sudah begitu juah, pada akhirnya Tuhan justru ada di dalam batin kita sendiri. Sedangkan Nabi Muhammad SAW, justru bertemu Tuhan di Sidratul Muntaha. Di langit lapisan ke tujuh.

Mauk, 11 September 2024

Print Friendly, PDF & Email

Pos terkait