Sekjen PGI, Rev. Jecklevyn Frits Manuputty Mendukung Sepenuhnya Gerakan Kebangkitan Kesadaran Spiritual Yang Dimotori GMRI

Mentreng.com | Jakarta – Setelah silaturrachmi dengan sejumlah tokoh dan pemuka agama, Tim GMRI (Gerakan Moral Rekonsiliasi Indonesia) yang mengemban amanah Gus Dur dan Siniwun Paku Buwono XII dan Prof. Habib Khirzin, Cokorde Gde Agung Suyase serta tokoh lintas agama lainnya, pada hari Senen 1 November 2021 diterima oleh Sekretaris Umum PGI (Persekutuan Gereja Indonesia) Rev. Jacklevyn Frits Manuputty, di Graha Oikomene Jl. Salemba Raya No. 10 Jakarra Pusat bersama jajaran pengurus teras dan stafnya.

Semula, rencana kehadiran Tim GMRI diantaranya Ustad Bagus Mulyono, Imhar Wati Burhanudin, Eko Sriyanto Galgendu dan Jacob Ereste. Namun karena ada lain dan hujan lebat mengguyur Jakarta, dua anggota Tim lsinnya itu tidak bisa hadir pada acara dengar pendapat dan silaturrachmi yang diawali suguhan kopi hangat bersama Sekjen PGI, Jecky demikian sapaan akrab pada lelaki asal Maluku yang luwes dan ramah serta familiar itu. Demikian kesan pertama saat penulis berjumpa dengan penikmat kopi kelas berat itu.

Sebagai motor penggerak kebangkitan kesadaran spiritual dan Ketua Umum Lintas Agama, Eko Sriyanto Galgendu memaparkan juga harapannya agar PGI dapat bersama GMRI dan forum lintas agama untuk mewujudkan kebersamaan membangun gerakan kebangkitan kesadaran spiritual segenap warga bangsa Indonesia. Kerena laku spiritual merupakan jalan terbaik untuk mengatasi ragam masalah yang mengancam kelangsungan hidup bangsa dan negara Indonesia. Sebab untuk mengharapkan perbaikan dari para politisi maupun dari para ekonom tidak bisa diharap mampu untuk menjawab masalah bangsa dan begara yang justru dominan disebabkan oleh kegaduhan politik dan sengkarutnya ekonomi yang carut marut dan berdampak pada tata kehidupan bangsa secara keseluruhan.

Investasi spiritual sebagai konsep besar GMRI justru dapat dilakukan, karena potensi besar yang dimiliki oleh bangsa Indonesia. Begitu kata Eko Sriyanto Galgendu yang mengusung ide dan gagasan Gus Dur yang tertuang dalam bentuk amanah tertulis dan tercatat dalam akte notaris untuk dapat mempersatukan agama-agama langit dan agama bumi. Sebab jasad dalam pengertian jasmani manusia posisinya kosong, sedangkan rohani seakan telah mati. Padahal dalam setiap diri anak manusia, seperti yang dikatakan Slamet Ma’arif tokoh 212 itu, jelas memiliki getaran frekuensi spiritual. Oleh karena itu, gerakan kebangkitan kesadaran spiritual menjadi semakin relevan untuk dikelola menjadi kekuatan bagi bangsa dan negara Indonesia guna merengkuh kejayaan masa depan dan menjadi mercu suar — cahaya — bagi manusia di muka bumi.

Jecky — sapaan akrab Sekretaris Jendral PGI ini — juga yakin dan percaya bahwa masyarakat Barat dan Kristen telah berusaha ingin menggamit spiritualitas. Maka itu, pertemuan Dewan Gereja se Dunia di Jerman dia pun berharap konsep spiritual yang dominan ada di Timur bisa muncul dalam berbagai bentuk dan varian. Sebab masyarakat Barat sekarang mulai banyak yang belajar ke Timur. Karena itu, bangsa kita tidak perlu minder sehingga merasa harus belajar ke Barat.

Hanya saja menurut dia, bentuk atau format dari spiritualitas itu perlu dirumuskan. Boleh jadi salah satu bentuknya adalah berupa spiritualitas digital sesuai dengan irama dan kemajuan jaman milineal sekarang ini, tadasnya.

Makns mistis atau spiritualitas itu ada dalam semua agama-agama, maka spiritualitas yang ada dapat dimaksimalkan agar kemudian bisa menjadi nilai tambah bagi agama-agama yang ada.

Atas dasar inilah, selaku Sekrrtaris Umum PGI, Jecky menyatakan dukungannya kepada GMRI guna membangun gerakan kebangkitan kesadaran spiritual bangsa Indonesia agar dapat menjadi alternatif dari upaya mengatasi kerusakan tata nilai etika, moral dan akhlak manusia di muka bumi. Dan atas dasar itu pula, Jecky merasa perlu untuk menyerukan kepada seluruh pemuka dan ummat beragama agar menjaga eksistensi agama secara bersama. Hingga PGI pun memberi tempat bagi Forum Kebangsaan dan adanya pengurus PGI yang juga aktif pada Perkumpulan Lintas Agama.

“Graha Oimkmene ini telah menjadi semacam rumah bersama untuk sejumlah aktivis. Karena gedung ini terbuka untuk semau aktivitas sosial dan aktivitas kemanusiaan”, tandas Jecky yang mengaku memiliki cukup banyak mendapat pengalaman spiritual ketika berkumpul dengan para tokoh agama kaliber dunia dari sejumlah negara Islam.

“Karena saya suka masak, maka jadilah saya sebagai koki bagi para tokoh-tokoh agama Islam yang terkemuka yang berkumpul di Timur Tengah itu”, katanya berkisah pengalamannya berkumpul dengan para tokoh-tokoh agama Islam kaliber dunia itu. Bahkan begitu akrabnya, pada suatu ketika dia sempat dipercaya menjadi juru masak. Hingga suatu ketika ia mengungkapkan dirinya yang dianggap kafir itu bisa mendapat kepercayaan menjadi juru masak para tokoh Islam yang juga ada dari garis keturunan Nabi Muhammad SAW itu, kata Jecky dengan derai tawa dan ekspresi kebahagiaan serta rasa bangga itu.

Artinya, pada level tertentu, pertautan dari pertemuan para tokoh agama sekaliber dunia ini terbukti bisa rukun dan damai dalam tata kehidupan yang harmoni dan guyub. Namun yang tidak kalah penting, PGI sendiri telah sejak menempatkan spiritualitas dalam keugaharian upaya membangun demokrasi yang adil dan sejahtera bagi semua. Tema ini memang sudah dikibarkan PGI pada Sidang MPL (Majelis Pekerja Lengkap) pada 28-31 Januari 2019 di Cisarua Bogor. Sementara idalam pertemuan Dewan Gereja se Dunia di Jerman, diharapkan juga konsep spiritual yang dominan ada di Timur bisa tampil dalam berbagai bentuk dan corak. Hingga orang Barat akan semakin banyak yang belajar ke Timur. Karena itu, bangsa Indonesia tidak lagi perlu merasa minder, harus belajar ke Barat. Hanya saja menurut Jecky, bentuk atau format dari spiritualitas itu perlu ditampilkan dalam berbagai sampai dapat menjadi pilihan yang menarik bagi kaum milineal hari ini. Boleh jadi satu diantaranya dalam bentuk dan model spiritualitas digital yang sesuai dan seirama dengan kemajuan jaman, tadasnya. Karena nilai mistis atau spiritualitas itu ada dalam semua agama. Artinya, bila nilai-nilai spiritual yang bisa dimaksimalkan itu, pasti akan memberi nilai tambah bagi agama-agama yang ada. Jadi atas dasar inilah katanya, PGI patut memberikan dukungan untuk gerakan kesadaran kebangkitan spiritual bangsa Indonesia supaya dapat menjadi alternatif jawab terhadap kerusakan-kerusakan nilai etika, moral dan akhlak manusia di muka bumi. (Jacob Ereste)

Print Friendly, PDF & Email

Pos terkait